PEDOMAN SUKSES
BERCOCOK TANAM PADI ORGANIK
I. Pendahuluan
Budidaya
tanaman padi merupakan budidaya tanaman yang relatif cukup sulit untuk
mendapatkan hasil yang maksimal karena berbagai penyebab kegagalan saling silih
berganti mulai dari masalah benih, pengairan, pupuk, cuaca yang ekstrim,
banyaknya gangguan hama penyakit dan masih banyak lagi yang lainnya.
Berdasarkan
kondisi ini selain masalah pemupukan, gangguan Hama Penyakit
merupakan gangguan yang relatif lebih dapat dikendalikan, namun bila tidak
tepat waktu, dosis, jenis dan cara dapat mengakibatkan kerusakan
hebat bahkan sampai puso.
II. LANGKAH-LANGKAH
SUKSES BERCOCOK TANAM PADI ORGANIK
1. Bagian Umum
a. Pengolahan
Tanah : lakukan seperti biasa, sesuaikan dengan musim tanam spesifik lokasi sekaligus pemberian pupuk organik (Pupuk Organik Cair Hayati/Pupuk Kandang/kompos/bokhasi).
b. Pesemaian
Padi: usahakan umur pesemaian yang dipindahtanamkan masih cukup muda +14-21
hari
c. Penanaman :
Tanam padi jangan terlalu dalam, cukup +
2-3 cm dengan jumlah 2-5 batang / lobang.
Jarak tanam disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah dan varietas padi; penggunaan jarak tanam legowo 2:1 sangat dianjurkan atau
sesuai anjuran setempat. Legowo 4:1 cukup ideal.
d. Pemupukan Dasar : sebelum penanaman bersamaan dg pengolahan tanah berikan
pupuk organik sesuai dosis yang dianjurkan, atau 10-20 ton/ha pupuk kandang;
atau pupuk organik-hayati hasil fermentasi (cair/padat) yang setara; atau
biasanya sekitar + 3-6 liter per ha (ikuti petunjuk produsennya, contoh : BIOTOGROW GOLD) sekaligus
untuk sterilisasi lahan dari penyakit tular tanah (perbanyaklah pemberian pupuk
hayati.)
2. Bagian Inti
a. Lakukan
pengendalian Hama Tikus diawal musim tanam (sejak pengolahan tanah sd
selesai tanam) dengan pengumpanan (racun), emposan, memasang perangkap, dlsb. Secara bersama-sama. Agar tikus
tidak lagi menyerang pada waktu tanaman padi sudah besar. Dan pengendalian hama
penyakit dapat diselesaikan satu persatu, tidak menumpuk pada waktu tanaman
padi sudah besar (mana harus mengendalikan tikus mana harus mengendalikan hama
penyakit lainnya)
b. Padi umur +1 minggu hst semprot dengan
pupuk organik-hayati ( misal: Biotogrow ) dan biopestisida yang mengandung cendawan Beauveria
Bassiana dan Metharizium Anisopliae dan atau biopestisida yang mengandung bakteri Bacilus turingensis dengan kerapatan minimal 10 pangkat 8 cfu untuk persiapan
dan sebagai benteng pertahanan awal, berfungsi mengendalikan penggerek batang,
wereng, walang sangit & beberapa hama lainnya.
c. Padi
umur +2 minggu (+15 hari) hst, lakukan pemupukan susulan
(semprot) dengan pupuk organik-hayati (misal: Biotogrow ) sesuai dosis yang dianjurkan.
Setelah pemupukan susulan, +1-3
(tiga) hari (jangan terlambat)
lakukan pengendalian hama khususnya Penggerek
Batang dan Wereng (semprot) dengan
biopestisida yang mengandung cendawan Beauveria Bassiana dan Metharizium
Anisopliae dan atau biopestisida yang mengandung bakteri Bacilus turingensis dengan kerapatan minimal 10 pangkat 8 cfu Atau memakai
pestisida organik/Nabati.
d. Padi
berumur + 25 hst, lakukan pemupukan susulan (semprot) dengan pupuk
organik-hayati (misal: Biotogrow ) sesuai rekomendasi. Setelah pemupukan susulan, +1-3
(tiga) hari (jangan terlambat)
lakukan pengendalian hama khususnya Penggerek
Batang dan Wereng dengan semprot
biopestisida yang mengandung cendawan Beauveria Bassiana dan Metharizium
Anisopliae dan atau biopestisida yang mengandung bakteri Bacilus turingensis dengan kerapatan minimal 10 pangkat 8 cfu. Atau memakai
pestisida organik/Nabati.
e. Padi umur +35hst, lakukan pemupukan
susulan (semprot) dengan pupuk organik-hayati (misal: Biotogrow ) sesuai rekomendasinya
f. Padi berumur + 45 hst (primordia), lakukan
pemupukan susulan (semprot) dengan pupuk organik-hayati (misal: Biotogrow ) sesuai rekomendasi. Setelah
pemupukan susulan, +1-3 (tiga) hari
(jangan terlambat) lakukan pengendalian hama khususnya Penggerek Batang, Wereng
dan Walangsangit dengan semprot biopestisida
yang mengandung cendawan Beauveria Bassiana dan Metharizium
Anisopliae dan atau biopestisida yang mengandung bakteri Bacilus turingensis dengan kerapatan minimal 10 pangkat 8 cfu. Atau memakai
pestisida organik/Nabati. Untuk penyakit (blast) gunakan agen hayati
berbahan aktif “coryne bacterium / bacteri polymyxa”.
g. Padi
umur + 55 hst ( mulai keluar malai ) lakukan sekali lagi pengendalian hama
dengan menyemprot pupuk organik-hayati (contoh: Biotogrow ) dan biopestisida yang mengandung cendawan
Beauveria Bassiana dan Metharizium Anisopliae dan atau biopestisida yang mengandung bakteri Bacilus turingensis dengan kerapatan minimal 10 pangkat 8 cfu. Atau memakai pestisida organik/Nabati. Untuk
penyakit (blast) gunakan agen hayati berbahan “coryne bacterium / Bacteri Polymyxa”.
h. Jika kondisi lingkungan mengharuskan
pengendalian hama penyakit secara cepat (eksplosi) lakukan pengendalian dengan
pestisida kimia yang sesuai dengan cara bijaksana.
III. Penutup
Berdasarkan perhitungan,
bila jarak tanam padi tegel 25x25 cm, kehilangan 1 (batang/tangkai) padi per rumpun,
dalam 1.600 m2 kehilangan produksi padi sebesar + 100 kg (dengan catatan
rata-rata jumlah biji per malai sebanyak 150 butir). Jika harga padi gkp Rp 4000,- jika dinilai dengan uang setara
dengan + Rp. 400.000,-
Dengan mengorbankan 1 batang/tangkai
per rumpun untuk biaya
pengendalian hama/penyakit, kita dapat menyelamatkan
seluruh rumpun yang ada. Jika rata-rata anakan padi 20 batang per rumpun, maka
potensi produksi padi kita mencapai + 12.000 kg / ha.
Belum lagi bila bulir permalainya sampai > 300 biji/malai.... produksinya akan sangat memuaskan..
Belum lagi bila bulir permalainya sampai > 300 biji/malai.... produksinya akan sangat memuaskan..
SELAMAT MENCOBA, SEMOGA BERHASIL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar